-
Published: 14 December 2020
-
Created: 14 December 2020
Cibinong, Humas LIPI. Dalam rangka memperingati Hari Nusantara ke-20, International Languange Center dan Global Future Institute menyelenggarakan Seminar Online dengan Tema “Mengungkap Rahasia Candi Borobudur dari Sudut Pandang Antropologi dan Hayati serta Aspek bagi Indonesia di Masa Lalu dan Akan Datang”, pada Sabtu (12/12).
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. dalam sambutannya mengatakan bahwa sangat penting untuk menggali berbagai aspek dari Candi Borobudur yang merupakan salah satu asset nasional, kebanggaan kita yang di akui oleh UNESCO sebagai bagian dari World Heritage.
“Candi Borobudur banyak menyimpan cerita dari berbagai aspek sebagai arsitektur dari masa lalu yang luar biasa, cerita cerita relief yang begitu panjang tentang kehidupan, tentang filosofi, tentang keadaan-keadaan di zaman lampau,” tutur Fadhly. “Sebuah kekayaan nasional yang bisa membuat kita bangga menjadi orang Indonesia, dan memang jati diri bangsa Indonesia berangkat dari apa yang ada di masa lalu, dan apa yang di masa lalu itu adalah continuity ke masa kini dan juga ke masa yang akan dating,” tambahnya.
Fadly yang juga seorang pemerhati sejarah menjelaskan, Candi Borobudur menyimpan begitu banyak cerita dan ini harus menjadi bagian dari edukasi kita untuk memupuk budaya dan peradaban kita ke depan. “Kita harus mencerita ini dan menggali lebih jauh, mempelajari lebih jauh sehingga semakin banyak terungkap apa yang berada dibelakang cerita untuk anak dan cucu kita,” katanya. Dirinya berharap bisa menyambung usaha-usaha kita di dalam mempromosikan ke arifan lokal kebudayaan kita pada umumnya dan ini merupakan tantangan kita sendiri, tutup Fadli.
Hadir sebagai narasumber, Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Prof. Dr. Ir. Ibnu Maryanto, M.Si. yang menyampaikan tentang Mamalia dalam Kisah Lalitavistara Candi Borobudur Berikut Satwa Terikut Dalam Penyebaran/Perdagangan Masa Lalu. “Lalitavistara Candi Borobudur adalah relief cerita yang mengkisahkan perjalanan hidup Budha dari dalam kandungan sampai dengan kehidupan terakhir-Nya di surga Tusita, dengan pengajaran I di Taman Rusa di Resipatana Varanasi," tuturnya.
Akulturasi kebudayaan Jawa mengekspresikan kisah Budha Gautama di relief Lalitavistara untuk mempermudah penyebaran agamanya, contoh materi satwa diambil dari Jawa asli. Makna dan simbol, seperti waktu, lokasi/posisi, habitat dan transportasi itu semua merupakan makna kehidupan.
Mamalia Utama Lalitavistara merupakan simbol kelanggengan kehidupan ekosistem,seperti singa, harimau sebagai pemangsa puncak/penjaga alam, gajah jawa sebagai megaherbivore. Di dalam ilmu Biologi merupakan contoh satwa yang memilik peran yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan habitatnya.
Dirinya menyampaikan bahwa akulturasi kebudayaan Jawa diekspresikan sesuai kisah Budha Gautama di relief Lalitavistara. “Hal ini untuk mempermudah penyebaran ajaran agamanya, contoh materi mamalia di ambil dari Jawa asli (data pendukung dijumpai tumbuhan pace asli Jawa)”.
Di sisi lain, Ibnu menambahkan, “Perdagangan/hadiah di Nusantara dapat dibuktikan dengan adanya burung kakaktua, Sedangkan perdagangan dunia di Jawa dapat juga dibuktikan keberadaannya dari satwa komensal seperti tikus, tikus pichi, cecurut wabah penyakit melalui host tikus diperkirakan sudah ada di masa itu.” tandas Ibnu.(dr ed sl)