-
Published: 09 July 2020
-
Last Updated: 09 July 2020
Cibinong, Humas LIPI. Di masa pandemi, trend memelihara ikan cupang hias kembali muncul. Ikan yang dahulu dikenal sebagai ikan aduan tersebut kini kembali menjadi idola. Tak hanya para penggemarnya, para artis tanah air pun tertular memeliharanya hingga makin mendongkrak popularitas ikan air tawar ini.
Ikan ini memiliki warna yang bervariasi dan sangat indah. Meski terkesan naik daun, peneliti ikan Pusat Penelitian Biologi LIPI, Gema Wahyudewantoro mengatakan sesungguhnya trend ikan cupang hias relatif stabil dari waktu ke waktu karena memiliki penggemarnya tersendiri. “Memang ikan cupang itu dari segi pemeliharaan dan perawatan relatif mudah ya, jadi saya lihat makin ke sini trend petani ikan itu makin lama makin mempunyai trik-trik dalam menghasilkan kombinasi warna-warnanya,” terangnya pada program Good Morning di CNN TV (3/7).
Dirinya menjelaskan, cupang atau ikan laga (Betta spp.) mempunyai warna beragam dan bentuk tubuh yang menarik. “Warna tersebut diperoleh dari kepiawaian para petani ikan dalam hal mengawinsilangkan jenis Betta spp., dan juga yang tidak kalah penting, adalah genetik dari cupang itu sendiri,” tutur Gema. “Dalam hal memperoleh indukan ikan dengan genetik yang baik, umumnya dapat diperoleh dari para importir ikan hias, sehingga diharapkan anakan hasil pemijahan lebih berkualitas. Selain itu, perawatan cupang juga menjadi faktor pendukung agar ikan lebih sehat dan indah,” tambahnya.
Gema mengungkapkan, cupang merupakan salah satu ikan hias yang telah dikenal hampir di seluruh kalangan penggemar ikan. “Di dunia, cupang tercatat sebanyak 73 jenis, dengan 52 jenis tersebar di perairan umum di Indonesia. Salah satu jenis Betta yang umum telah dikenal di masyarakat adalah Betta splendens,” rinci Gema. “Ikan B.splendens merupakan ikan introduksi yang didatangkan dari Thailand, sekitar tahun 80 sampai 90-an dengan tujuan memperkaya jenis-jenis ikan hias di Indonesia,” imbuhnya.
Lebih jauh Gema memaparkan bahwa cupang pada awalnya adalah ikan liar yang kemudian berhasil dibudidayakan. Habitatnya di alam adalah di sungai, danau, rawa, kolam, parit, sawah dan selokan. “Umumnya cupang menyukai habitat dengan vegetasi tumbuhan air, dimana terlihat gelembung-gelembung udara saat cupang mengambil oksigen dari permukaan air, selain itu melindunginya dari pemangsanya,” terangnya. “Dalam hal beradaptasi cupang termasuk ikan yang mampu hidup diperairan yang miskin oksigen, hal ini dikarenakan adanya alat pernafasan tambahan yaitu labirin. Labirin mampu menyimpan udara dari permukaan air,” tambah Gema.
Dalam bereproduksi, Gema menjelaskan ada dua tipe pemijahan yakni proses pengeluaran sel telur induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian di ikuti dengan perkawinanya itu secara sarang busa (bubble nester) dan pengeram mulut (mouth brooder). “Pemijahan dengan sarang busa (bubble nester), adalah dimana induk jantan yang telah matang kelamin (gonad) akan segera membangun sarang busa yang umumnya seperti terlihat menempel pada substrat (eceng gondok (Eichornia crassipes), dedaunan atau benda lain yang mengambang di permukaaan air),” ungkapnya.
“Setelah sarang busa selesai yaitu sekitar 1 sampai 2 hari, barulah induk jantan akan mengejar betina untuk melangsungkan pemijahan, jantan akan memamerkan keindahan sirip-siripnya untuk menarik betina. Setelah itu jantan akan melipatkan seluruh tubuhnya ke tubuh betinanya, dan terjadi proses pemijahan. Telur-telur hasil pemijahan akan diletakkan oleh ikan jantan ke dalam sarang busa,” terang Gema.
“Sedangkan, pemijahan dengan mengerami di mulut (mouth brooder), yakni induk betina akan melepaskan telur-telur yang telah dibuahi, kemudian indukan jantan akan mengambil atau memunguti telur-telur tersebut dan dimasukkannya ke dalam mulut,” ungkap Gema. “Selama proses pengeraman, kurang lebih 3 sampai 4 hari induk jantan akan berpuasa. Setelah menetas barulah anakan cupang dikeluarkan dari mulut jantan. Namun apabila anakan tersebut terancam bahaya, induk jantan akan memasukkannya kembali ke dalam mulut, hal tersebut terjadi saat cupang belum berumur 1 minggu. Setelah berumur 1 minggu, induk jantan akan tetap mengawasi di sekitar anakannya sampai berumur kurang lebih satu bulan dan dapat mencari makan sendiri,” pungkas Gema. (sl)